Sabtu, 06 April 2019

APRIL, adakah yang special? Jurnalisme Online Minggu 5


APRIL, adakah yang special?


#JurnalismeOnlineMinggu5

Menurutmu April itu apa sih? Lagunya Fiersa Besari? Bulan Politik?Atau bulan kelahiran doi?Adakah yang berulang tahun di bulan April? Pasti banyak dong tentuya. Bercerita tentang bulan April banyak banget yang memaknai di tahun politik bulan yang penuh dengan hingar binger kampanye. Ayoo siapa yang kemarin ikut kampanye partai politik.. atau kaya aku yang jadi korban kebisingan orang-orang yang kampanye. Yahh begitulah pesta demokrasi yang katanya harus dinimkati oleh seluruh warganegara, dan sayangnya aku tidak menikmati. Huewhuew. Sedikit curhat dah tuh. Oke, kita bahas tentang April disini…

Banyak juga yang ngomong April itu bulannya perempuan, karena di bulan April ada pahlawan perempuan yang lahir. Pasti banyak yang tahu lah itu siapa. Yaps bener banget Raden Ajeng Kartini. Beliau lahir di Jepara, 21 April 1879, Beliau merupakan putri seorang Bupati Jepara yang diberi gelar Raden Ayu.  Perjuangan beliau dimulai ketika masih berada dalam posisi pingitan (tradisi jaman dahulu yang dilakukan oleh seorang Raden Ayu setelah dirinya menstruasi sambil menunggu ada bupati yang melamar). Selama dalam masa pingitan tersebut Kartini muda terus belajar dan mencoba menulis untuk dikirimkan kepada penerbit Belanda. Bukan hanya menulis untuk surat kabar saja,

Kartini muda sering menulis surat untuk korespondesinya di Belanda. Beliau menikah dengan seorang Bupati Rembang yang juga mendukung cita-cita Kartini untuk kaum perempuan yaitu dengan mendirikan sekolah perempuan. Hingga akhir hidupnya Kartini tinggal di Rembang dengan memiliki 1 anak, hingga kini makam beliau berada di Rembang. Sekolah pertama yang didirikan oleh Kartini kini telah berubah menjadi gedung Pramuka. Surat-surat Kartini yang diberikan kepada korespondensinya di Belanda kini telah dibukukan dengan Judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.  

Hal-hal di atas merupakan seklumit perjuangan Raden Ajeng Kartini untuk hak-hak perempuan. Mungkin kalau Kartini tidak memperjuangkan hak-hak perempuan, kita sekarang tidak bisa bersekolah, kuliah, dan berorganisasi. Apa kabar nasib kita sekarang? Mungkin kita akan sama hidup kita denga saudara-suadara Kartini yang tidak bisa sekolah dan hanya mengerti tentang ilmu rumah tangga yaitu ilmu dapur, ilmu sumur, dan ilmu kasur. Bukan berarti aku tidak setuju dengan beberapa ilmu tersebut. Namun, aku lebih setuju seorang ibu bagi anak-anak nantinya itu juga berpendidikan yang bisa mengajari anaknya dan mengimbangi perkembangan teknologi saat ini, karena menurutku  tugas perempuan bukan hanya untuk merawat keluarga saja, melainkan tugas Ibu juga harus mengawasi tumbuh kembang anaknya. Sehingga menurutku semangat Kartini untuk tetap menadi wanita yang berpendidikan untuk keluarga juag sangat perlu dijaman yan sekarang ini.

Sumber tulisan:  https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini


6 komentar:

Klik Sekali Dampaknya Bertahun-tahun: Dampak Filter Bubble_Jurnalisme Online Minggu 12

Sumber Gambar:  https://medium.com/@byrnehobart/how-filter-bubbles-will-save-the-world-c37f5ade70ef           ...